Sunday, January 17, 2016

Serangan Cobia (Gabus Laut), Joran Kesayangan Patah Jadi Dua

Episode: Serangan Cobia (Gabus Laut), Joran Kesayangan Patah Jadi Dua
Pserta:  Tim Cikampek:  Bapak Ajie Gozali, Bapak Jamal, Hery, Yaya Kasep, dan Saya
Crew:  Kapten Sidik, Cheff Sirwat, dan Om Anto
Waktu:  Malam Minggu, 16 Januari 2016
Penulis:  Rakhmat

Trip mancing kali ini diawali agak ribet.  Berburu umpan di darat tidak membuahkan hasil yang memuaskan, cuma dapat cumi yang kurang bagus buat mancing teknik abaran atas. Tapi Kami tetap optimis, di laut masih ada bagang.
Jam 16.00 kita mulai keluar dari pelabuhan Tengkolak, Cilamaya Wetan, Kab. Karawang.  Tujuan mencoba spot baru di sekitar bagang.  Ini diatur sebagai babak pemanasan sambil menunggu bagang mulai mengangkat jaringnya dan arus laut mulai bergerak.  Sambil ngopi-ngopi panas racikan Cheff Sirwat, lumayanlah 5 ekor ikan jarang gigi (Gelama, Tiger Toothed Croaker, Otolithus Ruber). Sekitar jam 08.00 kita bergerak ke bagang dan berhasil mendapatkan umpan segar, cumi-cumi dan ikan-ikan kecil.  Dan perburuan Cobia (gabus laut) pun dimulai.  Spot utama Tongkor Amben-ambenan.
Jam 10.00 kita sudah di lokasi. Meskipun lambat arus sudah jalan dari Timur ke Barat, Pertama kita coba teknik dasaran.  Setengah jam umpan tidak ada yang menyentuh seakan ikan-ikan lagi pada puasa.  Saya, Heri, Yaya, Pak Ajie, dan Kapten Sidik segera menyiapkan Teknik Abaran Atas sedangkan Pak Jamal masih bersabar dengan teknik dasaran.  Umpan cumi-cumi sega mulai dilempar dan di ulur.   Ya bener bae, tak butuh waktu lama ikan alu-alu sirip hitam (barakuda) mulai menyambar.  Strike silih berganti.
Rupanya Dewi Fortuna sedang berada di atas kapal Biyarin malam itu.  Hery yang menggunakan teknik abaran atas dengan piranti hand line kameumeut-nya mendapat sambaran cukup dahsyat, Seekor Cobia ukuran besar langsung mengajak duel.  Sepuluh menit pertama tarikan ikan sudah tidak bisa ditahan lagi.  Cobia berhasil memberikan kenang-kenangan di tangan berupa sayatan tali senar yang cukup pedas.  Tali dioper kepada Kapten Sidik.  Urusan menaklukan cobia dia jagonya.  Ikan yang bergerak liar terus berusaha melepaskan diri. Terpaksa deh kita jadi penonton rame-rame. Tidak butuh waktu terlalu lama (sekitar 20 menit) ikan berhasil digancu dan landed ke kapal Biyarin. MANTAP!!!!  Gabus laut (Cobia) 17 kg.  Eforia sejenak dan kita semangat lagi mencari terget yang lain.
Alu-alu masih terus naik saling bergantian, Yaya, Hery, Sidik, Pak Ajie, dan saya terus menaikan ikan saling bergantian.  Sementara pak Jamal dengan teknik dasaran masih belum berhasil menaikan ikan.
Sekitar jam 24.00 stok umpan mulai menipis, arus timur mulai deras, ombak masih datar, dan angin mulai berubah arah dari barat. Kita memutuskan untuk kembali ke bagang guna menambah stok umpan cumi segar. Sambil istirahat ngopi-ngopi dan menyantap mie instan kita melaju ke bagang. Alhamdulillah kita masih dapat cumi segar meskipun ukurannya besar-besar.
Jam 01.00 kita sudah kembali ke spot semula, dan babak kedua pun dimulai.
Kondisi air dan arus yang sangat mendukung menguntungkan kami semua.  Cheff Sirwat yang ikutan mancing dasaran berhasil menaikan dua ekor Jaan (Abalistes Stellaris) ukuran 3 kg-an, Yaya Kasep berhasil menaikan satu ekor Ikan Jaan ukuran 3 kg-an, satu ekor pari totol biru (Neotrygon kuhlii) ukuran 2 kg-an, dan beberapa alu-alu sirip hitam.  Saya sendiri mulai frustasi setelah bendapat sambaran dua kali putus di neklinnya.  Setelah saya coba ulur umpan sejauh-jauhnya dan kurang lebih setengah jam tidak ada ikan yang peduli, saya sudah yakin pasti umpan sudah habis tanpa terasa. Namun demikian saya coba menggulung ril secara perlahan, kali aja umpannya masih nempel di kail ada ikan yang mau.  Sekitar jarak lima sampai sepuluh meter lagi, "PRAK!!!" sesuatu menyambar dengan dahsyat dan tiada jeda lagi joran kesayangan patah jadi dua dan tali PE nomor 2.5 langsung putus di pangkal ril,  Saya cuma bisa melongo menatap joran kesayangan melayang nyemplung ke dalam laut. Tak putus semangat, teknik hand line jadi rencana cadangan. Alhamdulillah, meski gak pengalaman saya masih sempat menaikan beberapa alu-alu dengan teknik ini.  Pak Jamal yaang setia mancing dasaran ikut pula menaikan beberapa ikan tompel dan anakan GT.  Pak Ajie yang menggunakan teknik dasaran dan abaran atas menaikan seerkor tompel dan bebebrapa alu-alu.
Sekitar pukul 04.30  semua dikagetkan kembali oleh suara gulungn senar.  Setelah satu kali gagal "gototan" dengan cobia ukuran besar karena putus di neklinnya, kapten Sidik kembali bertarung dengan tarikan yang sangat dahsyat.  Ikan sangat panik berlari sangat kencang, dan "BRAAK" sang ikan menabrak perahu.  Bunyi senar yang menyayat air berdesing sangat keras, Kapten Sidik menahan dengan sekuat tenaga.  Prinsip menaikan ikan secepat mungkin membuat ikan tak diberi ampun.  Dengan gaya yang khas seperti orang sedang memikul beban yang sangat berat ikan terus di tarik ke atas.  Tali senar ukuran 1 mm mampu menahan tarikan ikan.  Ya bener bae kembali seekor cobia 15 kg berhasil naik ke kapal Biyarin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya sekitar 10 menit.
Rupanya cobia 15 kg menjadi penutup trip mancing kali ini,  Jam masih menunjukan pukul 05.00, Kita sudah kehabisan stok rokok dan kopi.  Kini giliran cheff Sirwan menyiapkan santapan pagi, nasi liwet dan gombyang alu-alu.  Mantap!!!

Sampai jumpa di episode berikutnya.
Sekalian PROMO dech:  Buat para penghobby mancing mania, Kami pemandu wisata mancing bahari "BIYARIN" siap mengantarkan Anda berburu Cobia di sarangnya!  Cobain sendiri sensasi tarikannya.


No comments:

Post a Comment